Dahlan Iskan, Sang Orang
Pintar dari Jawa.
Topik pembahasan saya dalam
kesempatan ini akan mengupas tentang salah satu kisah sukses orang terkaya dari
150 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Globe Asia, Edisi Juni 2013.
Yakni, Dahlan Iskan.
Dahlan Iskan, lelaki asal
Jawa yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Lahir di Desa Kebun Dalam
Tegalarum, Kecamatan Bando, Magetan, Jawa Timur, tahun 1951. Akan tetapi, seperti
pada umumnya orang-orang jaman dulu (khususnya keluarga miskin atau petani) orangtua Dahlan tidak tahu kapan tepatnya
tanggal dan bulan kelahiran seorang Dahlan Iskan. Dahlan akhirnya memilih
tanggal 17 Agustus
dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan
Republik Indonesia.
Dahlan besar dikeluarga yang
sangat sederhana, kerap kali hidupnya kekurangan karena keluarganya hanya hidup
disebuah desa kecil yang dimana orangtuanya hanya seorang petani kecil. Sejak
kecil, Dahlan sudah akrab dengan hidup yang serba kekurangan. Pakaian yang ia
miliki hanya satu celana pendek, satu baju dan satu sarung. Kain sarung yang ia
miliki bisa dijadikan alat serbaguna olehnya. Mulai dari sebagai alat ibadah,
pengganti baju jika ia mencuci bajunya, pengganti celana jika ia mencuci
celananya, selimut, bahkan karung jika ia sedang mengumpulkan sisa panen
kedelai orang kaya.
Awal karier Dahlan, ia
memulai kemandiriannya dengan menjadi seorang reporter sebuah surat kabar kecil
di Samarinda,
Kalimantan
Timur pada tahun 1975. Dan setahun kemudian setelah melewati seleksi ketat yang
diikuti 6000 calon peserta yang diikuti LP3ES, sebuah lembaga resmi yang sedang
menjaring bibit calon wartawan berbakat, Dahlan berhasil tercatat sebagai salah
satu dari 18 peserta yang berhak untuk magang dimajalah mingguan Tempo, yang
terbit di Jakarta. Dengan kata lain pada tahun 1976, Dahlan menjadi salah
satu wartawan berbakat untuk majalah Tempo.
Karena kegigihannya untuk
terus berusaha, Dahlan bekerja keras sehingga ia bisa menjadi salah satu dari
orang-orang sukses di Indonesia. Dahlan adalah sosok yang lugu dan sederhana
dimata orang-orang. Kariernya bagus, sehingga tidak heran jika sekarang ia
berhasil menjadi pemimpin surat kabar Jawa Pos sejak tahun 1982 hingga
sekarang. Dahlan Iskan juga adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu
hampir “mati” dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat
kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lalu lima tahun kemudian terbentuk Jawa
Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia
yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan
percetakan di Indonesia.
Keberhasilan lain terjadi pada tahun 1997, ia
berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya,
dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Dan pada tahun 2002, ia mendirikan
stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam
dan Riau TV di Pekanbaru. Fangbian Iskan Corporindo (FIC).
Sungguh suatu hal yang menakjubkan, bukan? Dari seorang
anak petani yang hidupnya sangat sederhana. Lelaki asal Magetan ini berhasil
menorehkan prestasi keberhasilannya dengan baik untuk Indonesia. Dahlan Iskan,
adalah sosok yang pintar dan giat berusaha. Dia membuat perubahan untuk
keluarganya. Menjadikan keluarga yang dulu hidup dengan sangat amat sederhana
menjadi keluarga yang berkecukupan, dan membuat orangtuanya bangga memiliki
anak berprestasi seperti Dahlan.
Sejak akhir 2009, Dahlan
diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar. Semenjak
memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa ‘gebrakan’ diantaranya; bebas byar pet se
Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga
berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Lalu pada
tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN.
Dahlan sempat menderita
penyakit yang mengganggu organ Hati nya, sehingga harus melakukan transplantasi
hati, di Cina. Dan saat itu juga, Dahlan memiliki bakat hebat dalam menulis,
hal ini dibuktikan ketika Dahlan telah beranjak sembuh, ia menuliskan
pengalaman sakitnya dalam sebuah buku berjudul “Ganti Hati” yang terbit pada
tahun 2008.
Link sumber artikel: